Pernah dengar cerita juara-juara dunia? Saya ambil contoh seperti Pele legenda sepakbola asal Brasil itu. Atau seperti Jorge Lorenzo yang baru saja menjuarai ajang bergengsi turnamen balap moto GP tahun kemarin untuk kali ke dua. Ada sebuah kesamaan yang mereka lakukan dalam melalui proses pematangan bakatnya. Ya, ada kesamaan. Walau dalam waktu yang berbeda, keahlian yang berbeda, dan locus yang berbeda pula.


Coba kita lihat apa yang membuat saya berkesimpulan mereka ini ada kesamaan bahkan juara-juara dunia lainnya. Kita mulai dari Edson Arantes do Nascimento, yang oleh dunia dikenal secara luas dengan nama "Pelé", dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1940 di sebuah desa kecil di Brazil yaitu Três Corações yang termasuk dalam wilayah negara bagian Minas Gerais. Pelé mengais uang pertama kali sebagai penyemir sepatu. Namun, cita-citanya sebagai pemain sepakbola tidak pernah sirna. Ia meniti karir di sepakbola semenjak usia dini. Semula ia bergabung di beberapa tim amatir seperti Baquinho dan Sete Setembro.


Menginjak usia 11 tahun, yaitu ketika ia bergabung dengan tim Ameriquinha yang tidak ada pelatihnya, ia ditemukan oleh mantan pemain tim nasional Brazil untuk Piala Dunia yang bernama Waldemar de Brito. Ia menangkap bakat yang luar biasa dari Pelé dan memberikan tawaran untuk bergabung dengan tim yang diasuhnya, yaitu Clube Atlético Baurú?. Menginjak usia 15 pada tahun 1956, de Brito memboyong Pelé ke kota Sao Paulo dan dicoba bermain untuk klub profesional, Santos Futebol Clube (SFC).


Hari itu, de Brito berkata kepada Direktur klub bahwa "anak ini kelak akan menjadi pemain sepakbola terbesar di dunia."dan benar sudah apa yang di katakan de Brito, Pele mempersembahkan Piala dunia kepada bangsanya sebanyak tiga berturut-turut. Ini bisa disebut sebagai World Class Skill.



Lantas apa yang terjadi dengan Lorenzo? Jorge Lorenzo dilahirkan di pulau Balearic Mallorca, Spanyol pada 4 Mei 1987. Ia mulai mengendarai sepeda motor dirumah pada umurnya yang baru 3 tahun dan beberapa bulan kemudian dengan motornya ia ikut balap pertama, balap minicross. Di tahun 1995 pada umurnya yang kedelapan tahun, ia menjuarai Balearic dan kemudian tahun-tahun setelahnya ia juga menjuarai kelas tersebut, seperti kelas trial, minimoto, dan motocross junior dan ia selalu menyandang gelar juara.


Lorenzo lulus ke road race disana dan di kejuaraan nasional di 1997 dan tidak membuatnya bertahan lama untuk melangkah maju, menjuarai kejuaraan Aprilia 50cc di 1998. Karena ia terlalu muda, ada dispensasi khusus buatnya di tahun 2000 yang mengijinkannya untuk berkompetisi di seri Spanish kelas 125cc pada umurnya yang masih 13 tahun dan ia membuat sejarah pada tahun berikutnya ketika berkompetisi di Eropa dan menjadi pembalap termuda yang pernah ada pada kelas Eropa pada kejuaraan 125cc.

Pemuda yang berbakat ini, sekali lagi menunjukkan bahwa umur bukan merupakan batas untuk naik ke level range di kejuaraan balap motor, dan membuat loncatan pertama dikejuaraan dunia dengan motor Derbi di Spanish Gran Prix Jerez pada tahun 2002, pada musim ketiga. Ia tidak mencapai umur yang dibolehkan pada umurnnya yang ke 15 sampai hari sabtu dan ia melewatkan sesi latihan jumat untuk bisa turun di seri itu, tapi niat bulatnya membuahkan hasilnya dan ia membuat impress para peserta lainnya karena berhasil merebut tempat di pole posisi saat itu.

Mallorcan atau Lorenzo ini datang berlomba pada usia yang tepat pada musim lomba berikutnya, menang di balap pertamanya kelas 125cc di GP Rio de Janeiro dan memenangkan 3 musim berikutnya, finish keempat di tahun 2004, sebelum ia beranjak ke motor pabrikan Honda di kelas seperempat litre. Podium ke enam diperoleh dan empat pole posisi diperoleh di tahun pertamanya musim kelas 250cc mendapat point akhir diposisi kelima dan dengan kepindahannya ke tim Aprilia, 2006 ia berharap mendapatkan reputasi yang lebih baik.

Lorenzo dimusim 2006 berharap lebih, dominasi kelas tersebut dengan delapan kemenangan dan merekamkan reputasi yang hebat dengan sepuluh kali menempati posisi 10 kali pole posisi. 2007 adalah waktu bersejarah buat Lorenzo, dan ia mendapatkan gelar juara dunia yang kedua kalinya di seri Sepang. Ia juga menjadi pembalap yang paling sukses di kelas 250cc, sebagai pembalap Spanyol tersukses sepanjang masa.

Lepas tahun 2010 adalah masa keberuntungan baginya, terlebih setelah accident yang terjadi pada rival terberatnya yakni Valentino Rossi, ia sangat mudah melenggang naik ke jajaran terdepan. Hingga menginjakkan kakinya ke atas podium yang paling tertinggi di ajang balapan ini. Dan untuk ke-dua kalinya ia naik ke podium di tahun kemarin, 2012 lalu. Dan ini pantas disebut dengan World Class Skill. Ia lalui ini dengan lebih dari 300 kali jatuh dari motor, begitu pengakuannya beberapa hari yang lalu di salah satu acara tv yang saya kebetulan tonton.



Saya rasa mereka melakukan pematangan-pematangan bakatnya dengan proses yang panjang, karena bukan semata saja bakat menjadi faktor sebagai penunjang keberhasilan. Namun faktor Usaha latihan pun dan jam terbang yang mumpuni akan membuat jalan perjuangan berbuah hasil. Sehingga saya berkesimpulan bahwa semua juara dunia pun pasti telah melewati proses itu semua. Pada akhir kesimpulan saya yang paling akhir adalah "bahwa keberhasilan itu adalah hak setiap insan di dunia ini" yaitu melalui ini:


"Deep practice X 10.000 hours = World Class Skill" - Daniel Coyle.