Pagi tadi entah apa yang menjadi saya harus menulis tulisan ini. Saat berangkat kerja menjadi hal yang biasa pada hari-hari biasanya. Namun entah kali ini terasa berbeda. Berawal dari lampu merah yang menyetop laju sepeda motor bebek kumal saya akibat sisa hujan kemarin. Tepat disisi sebelah kanan depan ada sebuah motor bebek yang ditunggangi oleh satu keluarga. Sang ayah tentunya yang mengendarai motor tersebut, sang ibu terduduk dengan apik sambil menyusui anak keduanya yang masih batita, dan si kakak dengan anteng didepan sambil terduduk jongkok pegangan tangan pada stang motor dalam dekapan sang ayah.


Potret ini mungkin sudah lumrah bagi saya, dan sahabat sekalian. Ini sebuah pemandangan yang tak asing didalam kondisi kehidupan urban. Namun yang saya takjub hal ini tak mudah untuk dilakukan, mereka melakukannya dengan sebuah kerjasama yang sangat baik. Bukan hanya kerjasama saja yang terjadi disana, namun ada unsur kimiawi hadir disana. Coba kita lihat secara seksama bagaimana sang batita begitu dengan santai dalam dekapan sang ibu. Dia begitu menikmati perjalanan ini, padahal disekelilingnya begitu riskan dan amat berbahaya. Bila kain gendongan sang ibu lepas apa jadinya. Cintalah yang membuat sang batita merasa nyaman. Oh ya, saya bukan menyarankan untuk melakukan hal yang sama. Tapi saya melihat sisi lain dari adegan akrobat ini.


Lampu merah telah berganti dengan lampu yang satunya, hijau. Saya teruskan jalur yang biasa terlewati setiap kali berangkat dan pulang kerja. Ini memang sudah takdir, kembali saya menemukan hal yang serupa namun beda kondisi. Disebuah halte ada seorang ibu muda sedang mengajak bicara anak bayi dalam gendongannya yang terbalut kain gendong. Terlihat sekilas sang bayi begitu renyah tertawa menanggapi ibunya. Sempat saya terpikir, sang bayi tertawa bukan karena di ajak bicaranya namun karena si bayi tak paham arti semua yang dibicarakan sang ibu, ia tertawa karena ekspresi ibunya yang terlanjur lucu.


Sudahlah ini memang momentum berharga bagi saya dan anda mudah-mudahan. Cerita ini semoga dapat membuat anda memahami bahwasannya cinta seorang ibu tak ada batasnya. Saya yakin andaikan ibu yang pertama tadi jatuh dari motor pasti ia rela menjatuhkan dirinya ketimbang anak batitanya. Dan itupun serupa pada ibu yang kedua, akan berkorban.


Sudahlah minta maaf segera bagi sesiapa saja sahabat dan kawan semua yang sedikit mulai belajar durhaka padanya. Jujur itu gak baik. "Bukankah ridhonya orang tua adalah ridho-Nya? Dan bukankah surga itu ada pada telapak kaki seorang ibu?"


Semoga semua Ibu didunia ini dalam keadaan bahagia dikarenakan anak-anaknya begitu berbakti kepadanya.


Biarkan cinta ibu mengalir dalam darahmu kawan, dan biarkan pula cinta itu kembali padanya dalam bentuk sebuah kuncup mekar baktimu padanya, ini reaksi kimiawinya kawan.[]