Apa cita-cita kecilmu dulu?


Sepertinya pertanyaan ini pernah membuat kita tergelitik untuk membuka memory kecil kita dulu. Kalau saya pasti harus membenturkannya dengan menanyakan kepada anak-anak TK di depan Indekos saya. Nah, dengan begitu saya bisa menyelami dunia masa kecil saya dulu.


Aneh memang, kawan. Tapi itu cara jitu saya dan mudah-mudahan dapat berefek kepada anda semua yang mau mencoba ide aneh ini. Entah mengapa harus seperti itu. Karena saya selalu memandang mereka begitu bersih dan polos. Pernah suatu ketika saya tanya ke keponakan saya,
"Akhtar cita-citanya mau jadi apa?"

"Akhtar mau jadi Power Ranger Merah dan Dokter." tegasnya.

"Wah, dua yah cita-citanya?"

"Iya, dong Mang." jawabnya polos.

"Berarti jadi Dokter Power Ranger dong yah?"

"Iya dong." tegasnya sambil tersenyum dengan gigi susunya.



Sehingga saya dapat sampai pada cita-cita saya terdahulu lewat khayalannya. Tuh kan, saya baru saja ingat. Cita-cita saya dulu ingin menjadi seorang direktur di perusahaan yang saya miliki sendiri. Kurang lebih begitu. Cita-cita ini tercetus saat saya berusia kurang lebih lima tahun, TK nol kecil. Jujur saat itu begitu spontan terucap cita-cita itu. Kalau gak salah, saat teman saya Wanda menanyakan soal ini ke saya dan kawan yang lainnya. Jujur pada saat itu saya gak tahu apa itu arti dari pengusaha dan perusahaan, yang ada dalam pikiran saya saat itu pengusaha adalah orang yang banyak barang jajanannya dan uangnya banyak. Jadi pada kesimpulannya saya gak usah beli ciki kesukaan dan bisa beli mainan yang disuka.


Namun cita-cita ini sempat berubah dan tidak fokus lagi. Karena orang tua. Terutama almarhum Bapak menjadi magnet kuat bagi saya memandang hidup kedepan. Maka sejak usia tujuh tahun saya berubah haluan ingin menjadi seorang PNS seperti Bapak. Inilah masa galau saya waktu kecil. PNS, Pegawai Negeri Sipil. Sebuah pekerjaan yang mulia bila di pandang saat ini. Penuh Dedikasi tinggi untuk melayani masyarakat dan yang terpenting tunjangan hari tua, begitu kebanyakan orang beranggapan. Artinya saya pun beranggapan sama.


Tapi entah mengapa saat saya menjadi seorang accounting di sebuah perusahaan pelatihan saat ini, rasa-rasanya ingin merubah haluan cita-cita, menjadi Pengusaha. Ya, Pengusaha. Pengusaha creative. Memakmurkan kampung, artinya dapat menyedot banyak tenaga kerja lokal untuk bergabung di perusahaan saya nanti.