Sore itu tepatnya saat mentari mulai terpejam, dua orang gadis menyusuri trotoar Jalan Singawinata. Mereka begitu berseri-seri sibuk berjalan sambil membicarakan banyak hal seperti kebanyakan kebiasaan gadis lainnya. Pertemuan ini sudah mereka rencanakan sebulan yang lalu pada hari kesibukan mereka masing-masing. "Lona, akhirnya kita mau sampai." ujar Nuril sambil menunjuk pusat keramaian yang mereka cari.


Rimbun pepohonan begitu meneduhkan suasana saat itu. Ditambah banyaknya aneka ragam jajanan kuliner yang cukup menggiurkan mata mereka. Semarak lampu-lampu lampion hiasi jalan begitu teduh menerangi langkah pejalan di bawahnya. Sudah tentu suasana ini membuat semakin bercahaya dibalik kaca mata minus mereka. Riak-riak air Situ Buleud membuat perjalanan jauh tak terasa melelahkan. Sungguh Car Free Night yang menyenangkan.


Lona saat itu mengenakan kemeja kotak-kotak lengan panjang berwarna putih berpadu dengan biru langit yang anggun dipadukan celana jins abu-abu pudar dan kerudung biru muda bermotif kotak-kotak begitu sangat cocok dengan warna kulitnya yang sawo matang. "Kamu cantik, Na." puji Nuril sambil tersenyum selepas melihat dengan seksama sahabatnya ini.



"Terima kasih Nur, kamu juga cantik kok." ujar Lona tak mau kalah memuji sahabatnya yang mengenakan kemeja lengan panjang polos berwarna hijau muda dipadu dengan celana jins biru pudar dan kerudung hijau muda polos. Kedua gadis ini terbilang cukup pintar memadu padankan warna pakaiannya. "Memang kita cantik kok." canda Lona yang disambut anggukan dan senyuman Nuril menahan tawa. "Pastinya suami kita nanti menjadi pria yang beruntung ya, Na?" disusul canda Nuril sambil mengerlingkan matanya. Dan mereka larut dalam tawa yang dipicu dari saling memuji tadi.


Perjalanan pun mereka teruskan hingga menemukan menu sore menjelang malam yang cocok. Sepanjang perjalanan mereka hanya bisa menebar senyum dikeramaian area bebas mobil ini. Sungguh tempat ini menjadi asing bagi mereka, walau sebenarnya ini merupakan jalur yang sering mereka lewati saat duduk di bangku SMA dulu. "Kita serasa di luar negeri yah, Nur?" tanya Lona yang masih dengan wajah kagumnya, tak pecaya.


Jajanan kuliner di sana begitu beraneka ragam mulai dari nasi timbel komplit, lumpia basah, sate marangi, bakso, mie ayam, martabak telor, nasi uduk, serta makanan yang dipilih mereka sebagai menu malam hari ini, surabi aneka rasa.


Sambil menunggu pesanan datang sudah barang tentu mereka ngerumpi. Lona saat itu menunggu pesanannya surabi sosis dan Nuril menunggu surabi kornet kesukaannya. Mereka duduk di meja bundar dengan dua kursi yang berbahan dasar kayu. "Teh, sambil menunggu, ini pesanan minumnya dulu." sapa pelayan pria di cafe jonggko mereka sambangi.


"Nur kamu ingat gak, janji kita sewaktu SD dulu?" tanya Lona sambil mengenang. Nuril menjawab dengan wajah berseri. Lona meneruskan pembicaraannya disusul Nuril mengikuti, "Kita akan menjadi sahabat untuk selamanya hingga nenek bahkan sampai di akhirat sana." mereka mengucapkan janji itu sembari mengaitkan jari kelingking mereka sebagai tanda pengikat janji.


Selepas ikrar janji itu berkumadang ditengah keramaian malam Car Free Night, tak lama surabi pesanan mereka tersaji hangat dihadapan. Hingga kepulan asap surabi membumbung tinggi ikrar pesahabatan sejak SD mereka kelangit malam ini.[]