Twitter, media sosial yang lagi digandrungi. Bukan hanya anak muda-mudi, kakek-nenek juga sekarang sudah memiliki akun pribadi disini. Bisa-bisa para kakek dan nenek sudah siap memberikan warisan dengan berupa akun twitter ber-follower puluhan juta orang. Media sosial yang satu ini bukan hanya dari rentan usia saja bisa dijadikan taraf ukur penggunanya. Ya, profesi pun bisa menjadi bahan pendekatannya. Yang mudah kita mulai dari Mamang-Mamang tukang somay sampai seorang Presiden pun sekarang sudah punya akun dimedia sosial ini.

Coba mari kita lihat apa fungsinya dari setiap pendekatan sesuai usia dan profesinya ini. Oh ya, analisis ini seadanya saja atau bisa dibilang penilaian pribadi saya. Dimulai dari yang termuda, Muda-mudi biasanya memanfaatkan twitter sebagai media curhat, numpang eksis, dan sarana pergaulan. Gak perlu contoh ya? Sebab bila dikasih contoh bisa jadi semua tulisannya berbau dengan bahasa baru di Indonesia, 4l4y. Tidak bisa dipungkiri bahasa-bahasa 4l4y sudah memasyarakat dan itu menjadi salah satu muatan lokal dikalangan generasi muda bangsa ini, mungkin?

 

Berbeda dengan para kakek-nenek kita. Bila dari usia ini biasanya mereka memanfaatkan media sosial twitter untuk menampung informasi kekinian. Ya, dimaksud dengan kekinian ini artinya memonitoring gelagat para cucu-cucunya. Tapi dimedia ini memang sangat bebas dan hanya etika pribadi saja yang bisa membatasinya. Begitulah kurang lebih kata seorang ahli komunikasi berbicara ditelevisi kemarin menasehati pejabat negara yang baru buat akun dimedia sosial ini.

Baiklah sekarang untuk klasifikasi profesi. Mamang-mamang Somay biasanya menggunakkan media sosial ini untuk mengetahui informasi. Informasinya yang sering ditemukan ada dua hal; kalau tidak menyoal harga sembako atau soal berita sepak bola. Tapi tidak menutup kemungkinan mereka juga mencari informasi terkait kurs dolar dan berita penting yang lainnya. Memang ini kalau soal berita atau informasi yang penting siapa pun akan menyisihkan waktunya untuk membaca.

Presiden, nah ini dia yang baru dapat saya simpulkan. Ya sudah pasti untuk menampung inspirasi masyarakat. Memang terkadang agak sulit kalau harus ketemu langsung dan berdialog langsung. Dengan adanya media sosial ini setidaknya agak sedikit mempermudah kerjanya. Namun alangkah bijaknya bila ada staf khusus mengurusi akun twitter-nya ini. Saya khawatir bila Presiden harus melulu menanggapi permintaan-permintaan follower-nya yang juga rakyatnya, mengganggu agenda kerjanya selama menjabat.

Khawatir ini pun bisa bermuara kepada kebebasan yang bablas, karena didunia twitter sendiri hal-hal yang saling mencemooh, saling menggunjing, saling menghina, bahkan bertengkar dimedia sosial ini begitu lumrah. Kurang lebih seperti itu salah satu ahli komunikasi berpendapat sekaligus menasehati pejabat negara yang baru saja membuat twitter.

Oklah, biarkan sarana ini bisa bermanfaat lebih luas lagi dan lebih ber-etika serta santun. Oh ya, twitt mu hari ini apa kawan? Twitt saya hari ini, @jamanfit: “Kukuruyuuuukkkkkkkkkkkkk.”