08.12 PM, Segelas plastik produk minuman teh melamun 3 jam yang lalu setelah ku habiskan perbendaharaannya.




Kemudian ada ahli sejarah di TV bercerita dengan fasih tentang masa lampau yang mungkin telah khatam ia baca buku sejarah Nasional di Perpustakaan Nasional, biar kita kenal dengan bangsa yang Nasional karena pengakuan bangsa-bangsa internasional.


Selama 2 jam sang ahli yang fasih akan sejarah berceramah dan aku terpanah bersama segelas plastik kosong 5 jam yang lalu di wajah TV..... []


 ***


Si gelas plastik minuman produk teh sudah tak setia lagi. Ia pergi bersama sang tokoh yang dikaguminya di Televisi.


 Namun apa yang terjadi tak di duga ada gelas kaca bermotif bola di depanku. Ia  mengulurkan tangannya, tanda ia ingin berkenalan. Layaknya seorang wartawan yang ku lihat di televisi sedang berkenalan lebih dalam dengan seorang tokoh yang akhir-akhir ini sering muncul wajahnya di media masa dan media cetak. katanya sih, tersandung kasus tapi entahlah.



Maka ku ladeni saja sang gelas bermotif bola itu yang semenjak tadi menunggu jabatan tangan ku. Dan ku sambut kekerabatannya dengan ucapan, "Salam kenal, kawan baru". []





(05.00 PM)

 
***



Saat ini saya ditemani kawan baru saya si Gelas Kaca bermotif bola menyaksikan peristiwa yang terjadi  didunia ini.


Box gambar yang bergerak menceritakan kondisi politik tanah air. Bila dilihat nampak muram salah satu golongan yang sedang tersandung masalah, mungkin bukan saja tersandung tapi sudah tersandung terperangkap pula didalam lubang kecil yang cukup dalam alias terjatuh dengan posisi tak wajar. "Tapi tak apa-apalah, namanya juga politik" begitu kebanyakan orang kalau mengomentari soal politik saat ini. Lantas apa mau dikata negara kita memang negara yang berdemokrasi, jadi unsur politik hadir di dalamnya. Kalau saya bilang itu adalah sebuah kewajaran.


Sob budiman (berbudi dan beriman), saya tak membicarakan politik kali ini, namun saya tetap mempelajari politik.


Maka, saya tinggalkan cerita si box gambar itu. Karena ada hal yang lebih menarik saat ini menggelitik naluri nalar saya yaitu sebuah tulisan yang dikutip dari ceramah seorang guru yang patut ditiru karena ia sering membantu, pemikiran manusia yang buntu. Tulisan itu berbicara seperti ini:



Ketika Ia diturunkan pertama kali kebanyakan pendukungnya adalah orang-orang yang tak dikenal,para budak dan orang-orang miskin. Ia mendobrak kebiasaan lama, saat sejarah hanya peduli pada orang-orang ningrat, raja-raja dan anak raja. Nabinya Ummi; buta huruf, untuk suatu hikmah yang di jelaskannya sendiri. (QS. Al Ankabut: 48).

Namun dengan ketulusannya yang luar biasa, kesabarannya yang diatas rata-rata dan optimismenya yang melapaui batas-batas harapan orang biasa, Ia menjadi akhlaknya, seperti jawaban Ummul Mu'minin Aisyah radhiyallahu'anhu, "akhlaknya adalah Al-Qur'an".

Beberapa orang kaya dengan pengalaman perjalannya kemanca negara, kebiasaan berdagang dalam suasana merdeka dan pikiran jernih asli dalam kemasan fitrah, telah menjadi pendukung, pendana bahkan pelaksana langsung bagi da'wah yang diberkati ini. Sejak pertama Ia telah bersentuhan dengan politik, Walau tak seorang pun di antara mereka mengabiskan kekuasaan atau menjadi sombong ketika musuh bertekuk lutut dibawah kilatan pedang kebenaran. Para budak yang lama disiksa dan tumbuh dalam penderitaan, kelak menjadi wali negeri dan gubernur. Mereka sama sekali tak terhanyutkan dendam kemiskinan maupun dendam penindasan yang kerap menghinggapi begitu banyak pemburu kekuasaan. Makhluk yang terakhir ini jarang menjadi mangsa-mangsa baru seperti para pendahulu yang mereka jatuhkan.


Luar biasa, Rasul Saw mencetak manusia-manusia dahsyat di dalam kesederhanaan yang serba terbatas. Namun menjadikan orang-orang yang terbatas memiliki impian dan harapan yang tak terbatas itulah motivator ulung yang sebenarnya. Ia pun merupakan Inovator handal yang merubah kebiasaan-kebiasaan yang dangkal dan tak berargumentasi manfaat sama sekali dari masyarakat yang beradab kata mereka dari kalangan mereka sendiri, tetapi pada kenyataanya banyak kebodohan yang mereka lakukan.



Sob budiman (berbudi dan beriman), sepertinya gak ada salahnya kutipan tulisan diatas bila disimpulkan dengan kalimat "zero to hero