Pagi itu pukul 08.00, ponsel genggamku berdering dengan nyaring dan pada layarnya tertera salah seorang nama teman SMA dulu yang cukup lama kita tak saling menyapa. Tanpa berlama-lama membuatnya menunggu, maka aku jawab silaturahim hangatnya.

"Assalamualaikum, Fit?" sapa ia dengan hangat.

"Wa'alaikummussalam, Sehat Na?" Jawabku sambil menanyakan kabarnya.

"Alhamdulillah sehat. Fit gimana?"

"Alhamdulillah bae juga. Ada ape nih tumben nelpon?"

"Ah, Silaturahim aja."

"Ow, gitu." jawabku

"Gimana nih, Pak panitia. Kapan kita reunian SMA?"

"Iya, masih sibuk nentuin hari nih. Sabar ya, semoga sudah dapat di publish bulan-bulan ini. Na."
Dan kami pun larut dalam obrolan nostalgia SMA. Ia bercerita dan aku mendengarkan sambil menyeduh -tea full cream-, minuman favoritku ketika pagi menyongsong. Ketika ku menikmati minuman yang juaranya setingkat lemon tea. Ya, -lemon tea- minuman dari bahan teh kesukaanku yang lainnya, dimana teh yang di tambahkan sari pati jeruk lemon, emmm... mantap. Ternyata teman lama ku ini membicarakan hal cukup serius yang berawal dari obrolan basa-basi kita di awal telpon tadi.

 

"Fit, aku tuh pernah nemuin anak kecil yang minta-minta di jalan. Aku jadi merasa kasihan
karena memang sudah menjadi rutin nitas kesehariannya seperti itu dan mungkin gak sekolah....?" terka-nya.
"Waktu itu Na masih kuliah, Fit. Jadinya aku ajak aja dia makan bareng. Soalnya aku kasihan ngeliatnya." simpati-nya.
"Tahu gak Fit, hal ini aku lakuin kenapa? Soalnya kalau aku beliin pasti entar makanannya dikasihin ke orang tuanya yang nyuruh minta-minta. Sebenarnya aku tuh sebel ngeliat keadaan yang seperti ini, karena seakan-akan mereka memanfaatkan anak-anaknya untuk mengemis. Sedangkan mereka hanya berpangku kaki saja gak usaha, heuh........."ujarnya.
Saya hanya bisa menyasap secangkir tea full cream hangat sambil menyimak dengan baik cerita dari sang kawan ini. Dibalik kesederhanaannya ternyata ada mutiara yang begitu berkilau dihatinya, ujarku dalam hati. Dan ia pun meneruskan ceritanya,

"Sebenernya aku tuh pernah malu sama sepasang malaikat yang ada disebelah ku dulu. Saat itu, aku lagi makan disalah satu pedagang kaki lima ditengah-tengah tempat perbelanjaan dikota kecil.”jelasnya mengistilahkan pasangan suami istri yang baik itu dengan menyebutnya -sepasang malaikat-.
“Kejadian ini sudah lama sekali, ini saat aku makan bersama adik. Dan ada anak kecil mendekati kami ber-dua sambil mengemis, tapi apa yang aku lakuin. Aku malah hanya bisa bilang, “maaf” dan bermaksud gak mau bantu alias menolak untuk membantu, tapi berbeda kejadiannya saat anak itu menghampiri ke  sepasang malaikat itu, mereka menawari si anak untuk makan bareng. Aku ngerasa tertampar banget dengan kejadian itu. Dan dari situ aku mulai terpacu untuk berbuat hal yang sama, sebisa aku.” jelasnya
Semakin terkagum luar biasa saja aku dengan manusia yang sedang berbicara dengan ku ini. Dan ia meneruskan kata-kata luar biasanya saat mengakhiri perbincangan kami,

"Kalau berbagi kan’ gak akan mengurangi harta kita tapi yang aku rasa malah semakin bertambah tuh..... dan bila tidak bersodakoh malah terasa ada yang kurang dalam hidup."

Dan aku hanya bisa terangguk-angguk kagum, sambil menutup telepon selepas habisnya secangkir tea yang berbarengan dengan berakhirnya perbincangan kami.