Degup nadi terus berdenyut menyalurkan oksigen di setiap hela napas udara yang ku hirup. Kaos kaki hitam yang sudah mulai menipis, ku pakai di kedua kaki mengalaskannya sebelum bersepatu. Sepatu kets yang selalu ku jadikan andalan untuk meregangkan otot-otot kaki telah terpasang dengan apik.


06:00 WIB, langkah pertamaku menuju tempat favoritku melepaskan bulir-bulir keringat yang mandeg sepekan karena tak berolahraga kini akan deras mengalir. ku pandangi taman-taman tengah kota itu; Kursi taman yang berjajar masih setia walau telah bekarat, bunga-bunga merekah dan berwarna yang tak ku kenalai satu persatu namanya, monumen yang kokoh menjulang tandakan kemerdekaan provinsi ini. Yah, ini dia Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat tempat yang selalu mempunyai nilai khusus bagi sang perantau namun masih seprovinsi seperti ku ini.


Monumen yang didirikan sejak tahun 1996 ini memang menjadi simbol khusus bagi masyarakat Jawa Barat selain Gedung Sate. Bangunan yang berdiri dekat dengan Kampus Universitas Padjadjaran, di jalan Dipati Ukur ini, merupakan  salah satu tempat yang di jadikan pusat keramaian di Bandung.


Lihat saja, aku begitu tersihir selalu ingin menyambanginya sepekan sekali (hari Ahad). Entah memang tempat ini begitu amat sangat di hormati karena ukiran relief yang menceritakan sejarah perjuangan rakyat provinsi ini atau kah memang keuntungan tiap komoditi yang di jual tiap hari yang tanggalnya selalu merah di akhir pekan? Entahlah, yang jelas kesana aku hanya untuk menuntaskan kebutuhan tubuh agar terolah dengan baik. "Jaga Tubuh kalian agar selalu bugar dengan rutin berolahraga", begitu pesan seorang guru Olahraga ku di SMA dulu. Ya, walau tidak bisa disebut rutin namun cukuplah untuk menebus dahaga badan untuk berolahrga sepekan sekali.


Sesekali memang kunjungan ku menengoki Monumen bersejarah ini bukan hanya jogging saja. Jadwal berbelanja pun sering di schedule-kan selepas berlari. Dan memang tempat ini seperti sudah bergeser nilai ketenarannya. Ya, kebanyakan orang mengenal Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat sebagai tempat kegiatan pentas seni, hiburan dan pasar tumpah, bukan fungsi awalnya. Itulah Monumen dari sudut pandang sepintas ku yang sambil terjongkok membenarkan tali sepatu yang terlepas.[]