Lama rasanya tak menulis lagi. Salam sahabat pembaca yang budiman? Rupa-rupanya masa 'alpa' saya tak menulis di blog ini, menjadikan saya lupa bagaimana menulis dengan lumayan apik seperti dulu. Tapi sekali lagi ini langkah awal yang harus di lalui dan semua orang pasti pernah mengalaminya. Ok, kita awali tulisan ini dengan kata "cinta".


Tepatnya malam kemarin, saya lihat wajah cinta kala itu. Begitu santun, ramah, dan menenangkan. "laaillaaaha ilallahhhh..." adzan maghrib telah terkhatamkan oleh para muadzin kondang di kampung. Saat itu begitu tenang dan tak ada yang membayangkan seisi rumah di ujung senja itu akan kedatangan tamu.


Saya lihat dari sela-sela jemuran pakaian yang sudah saya susun di jemuran depan rumah, nampak begitu ramai di dapur sana. Ya, dapur. Bagi sebagian tamu yang sudah familiar, itu menjadi tempat yang begitu kental akan kekeluargaan baginya dan penghuni seisi rumah.

Tapi dari depan rumah, saya lihat banyak orang lalu lalang di salah satu tetangga. Tanpa ada bahasa sapa terucap yang terlihat hanyalah wajah mereka yang begitu cemas dan langkah kakinya yang begitu terburu-buru seperti ada peristiwa yang akan menggemparkan kampung ini seperti 3 bulan yang lalu, salah satu tetangga yang juga saudara saya tersambar petir saat menjelang isya yang hujan. Lampu bohlam serumahnya mati alias putus karena sengatan petir yang mengancam. Tapi sekali lagi saat ini bukan karena kejadian 3 bulan tempo lalu. Saat ini berbeda, tak ada tetesan hujan yang mengguyur halaman, tak ada petir yang menyalak-nyalak, dan tak ada yang tersambar petir. Namun kekhawatiran mereka hampir sama dengan peristiwa petir itu.



Mereka begitu rapih dengan segala atribut baju koko, sarung, kopeah bagi kaum adamnya dan kaum hawanya mengenakan kerudung, baju terusan lengan panjang dan tak lupa menenteng sebuah buku yang bertuliskan arab dengan judul "Surat Yasin".


Sontak saya menghampiri kerumunan itu. Rupanya ada sekujur tubuh tua yang sakit-sakitan dalam masa kritis. Subhanallah, saya lihat wajahnya yang menahan sakit dengan mengerutkan dahinya tapi ia hadirkan senyuman terbaiknya. Saya lihat satu persatu penjenguk, semuanya mencoba menghibur dengan kata-kata cinta dari buku yang bertuliskan arab dalam genggaman mereka.


Setengah jam kemudian sebuah mobil ambulan mengantarkan tubuh tuanya ke sebuah kamar di salah satu rumah sakit terdekat dengan bertuliskan "IGD". Selepas itu tak ada berita lagi tentangnya.


***


Pukul 17.30 WIB hari ini; ada selenting kabar dari kakak saya, bahwa sang nenek tetangga depan telah menutup usia.


"Inalillahi wainalillahi rojiun.."


Wajah cinta itu terlihat begitu bersahaja.[]


Semoga Amal Ibadah Al-marhumah dapat di terima oleh Alloh SWT. Dan keluarga di berikan ketabahan...